Rabu, 07 Mei 2008

Prof Marlis Rahman (WAGUB SUMBAR) tinjau UN SMAN 5 Bukittinggi

SMAN 5 mengikuti Ujian Nasional (UN). UN yang digelar Selasa kemarin itu, pelaksanaannya mendapat kunjugan Wakil Gubernur Sumbar Prof Marlis Rahman. Wagub saat meninjau pelaksanaan UN 2008 ini, ketika berada di SMAN 5 tampak puas menyaksikan para siswa klas XII, mengikuti ujian dengan serius. Demikian pula saat meninjau di Madrasah Aliyah I (MAN I) Model di Gulai bancah.
“Dari 247 siswa yang ikut UN yang terdiri dari 107 orang siswa jurusan IPA dan 140 IPS. Setiap kelasnya, diikuti sekitar 20 siswa dengan dua orang pengawas,” ungkap pimpinan SMAN 5 Dra Dian Mulyati Syarfi dalan kunjungan yang juga dihadiri Wakil Walikota Ismet Amzis. S

Kepala Dinas Pendidikan Bukiktinggi Dr Yalvema Miaz menyebutkan, pada 2008 ini Bukiktinggi kembali optimis bakal merebut tempat sebagai yang terbaik di Sumbar. Prestasi terbaik tersebut sudah diraih sejak beberapa tahun yang lalu dan hingga tahun 2007 belum tergoyahkan. “Prestasi yang diraih tahun lalu dapat dilanjutkan tahun ini. Bukiktinggi dalam lima tahun belakangan ini, selalu memperlihatkan prestasi gemilang. Mudah-mudahan, dalam tahun ini kembali diharapkan prestasi itu akan terulang lagi,” tambah Yalvema. (ham)

Djuni Sefra Guru Berprestasi

Sebuah sosok yang disukai dan disegani oleh siswa dan rekan-rekannya, Djuni Sefra yang lebih akrab dipanggil Bu Ef sangat antusias ketika berbicara tentang pengalamannya selama mengikuti Lomba Guru Berprestasi, sebuah ajang nasional dimana guru dari berbagai daerah bertemu untuk beradu kompetensi professional, pedagogi, sosial dan kepribadian.

“Saya mengikuti ini karena ingin siswa saya termotivasi untuk belajar,” ungkapnya.

Alasanya merupakan sesuatu yang sangat universal di kalangan guru. Sering sekali, siswa kurang antusias untuk belajar di dalam kelas. Pelajaran yang diberikan pun terasa membosankan. Bu Ef yang sehari-harinya mengajar bidang studi Biologi terus memikirkan ide agar para siswanya dapat tertarik dan antusias untuk belajar. Ia juga ingin agar siswanya dapat lebih mampu berpikir secara kritis.

“Banyak siswa yang mampu mengerjakan soal hafalan. Tetapi, mereka kurang mampu menyelesaikan soal yang memerlukan pemahaman dan aplikasi konsep yang jauh lebih dalam,” ujarnya. “Kalau saya mengeluarkan soal definisi, siswa saya pasti bisa mendapat nilai sepuluh. Tapi, kalau soal tersebut di ubah sedikit saja seperti soal SPMB, banyak siswa yang tidak bisa,” tambahnya.

Menurut hasil studi Bank Dunia pada tahun 2005, siswa Indonesia kurang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dibanding rekannya dari Jepang, Korea, Australia, Hong Kong dan Thailand. Tentunya, hal ini harus ditangani dengan perubahan metode pengajaran yang lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.


Menjawab tantangan tersebut, Bu Ef pun melakukan sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Bioteknologi dengan Menggunakan Teknik Merry Go Round.” Hasilnya, dengan makalah tersebut Ia berhasil menyabet Juara I dan menjadi Guru Berprestasi Se-Sumatera Barat.

Makalah tersebut Ia tulis setelah mendapatkan ilmu dari pelatihan pedagogi yang merupakan program kerjasama antara United Schools Program dan Sampoerna Foundation Teacher Institute. Teknik yang ia pelajari adalah Merry Go Round, salah satu teknik dari metode Cooperative Learning yang menggalang kerjasama siswa dalam belajar dan membantu sesama siswa untuk memaksimalkan pembelajaran
Teknik Merry Go Round membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa, memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis, dan mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
“Siswa dan guru di sekolah sangat antusias belajar dengan teknik ini,” ujarnya. “Sampai-sampai siswa saya berlarian untuk menulis jawaban di kertas karton yang saya tempelkan di dinding kelas. Bahkan, siswa yang pendiam sekalipun menjadi lebih berani berbicara dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya!” tambahnya.
Teknik Merry Go Round yang menjadi populer cukup membuat SMAN 5 Bukittinggi kewalahan. Kertas Karton di sekolah habis terpakai oleh guru-guru lain yang mengikuti jejak Bu Ef dalam menerapkan teknik tersebut pada mata pelajaran lain, seperti: Matematika, Akuntansi dan Sejarah.
Teknik Merry Go Round dan Metode Cooperative Learning yang Bu Ef terapkan pada 34 siswa kelas XII untuk mata pelajaran Bioteknologi membuahkan hasil yang fantastis. Rata-rata nilai siswanya meningkat; dari 6.98 sebelumnya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab biasa menjadi 8.63 setelah mengimplementasi teknik Merry Go Round di dalam kelas.
“Dengan teknik ini, saya dapat mengelompokkan siswa dan menilai mereka dari berbagai aspek, tidak hanya dari segi pemahaman konsep saja, tetapi juga kemampuan bekerjasama dan kemampuan mengutarakan pendapat,” terangnya. Metode Cooperative Learning, menurut Bu Ef, sangat efektif memotivasi seluruh siswanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan lebih mampu mengasah kemampuan berpikir kritis siswanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka.

“Ketika saya diwawancara, para juri sempat kagum membaca hasil penelitian tindakan kelas saya, dan bahkan bilang ini yang diminta di Padang!” ujarnya mengenai metode pengajaran yang unik ini. Walaupun ini merupakan kali pertama Ia melakukan penelitian, Bu Ef mampu memenangkan lomba Guru Berprestasi dengan sifat sederhananya, serta dedikasi dan semangatnya yang tinggi untuk memotivasi siswanya dengan mencoba metode pengajaran baru.
Dalam kesehariannya, Bu Ef sangat menekankan pentingnya inovasi pembelajaran. Ia mengaku banyak guru yang masih tertutup terhadap perubahan. “Guru sering kurang kreatif untuk menyesuaikan metode pengajarannya dengan berbagai skenario belajar. Semuanya dalam bentuk ceramah dan disama-ratakan, padahal untuk jenis materi yang berbeda diperlukan pendekatan yang berbeda. Kemampuan siswa pun berbeda,” ungkapnya.
Terkenal dengan sikap ramah dan gaulnya terhadap siswa, Bu Ef membagikan rahasianya mendapatkan perhatian siswa: “Anak zaman sekarang lebih suka bermain videogame dan playstation. Tentu saja mereka lebih suka games diterapkan dalam pembelajaran di kelas,” ujarnya dengan senyum.

Reporter : Fadli